Transaksi model ini pada prinsipnya bukan untuk mencari keuntungan komersial akan tetapi lebih menekankan pada semangat tolong menolong dalam kebaikan (ta’awanu alal birri wattaqwa). Dalam akad ini pihak yang berbuat kabaikan (dalam hal ini pihak bank) tidak mensyaratkan keuntungan apa-apa.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ Wa-taāwanū alal-birri wat-taqwā, wa-lā taāwanū alal-ithmi wal-udwāni. Wat-taqqullāha, innallāha shadīdul-iqāb And help one another in goodness and piety, and do not help one another in sin and aggression; and be careful of your duty to Allah; surely Allah is severe in punishment. Sūratul Mā’idah, No. 5, Āyat 2 For a society to progress on the path towards God it must work together and assist one another in the journey. Islam encourages its followers to work together for the common good, and to refrain from working together in matters that are inappropriate and unseemly. Co-operating in good actions will increase goodness and virtue in society. The only way to discourage evil from spreading in society is when people do not work together for it- when they do not support it; refuse to help one another in it and through that show their disapproval of the action. This will in turn diminish the rise of such evils in society. The verse above emphasizes the necessity of cooperating and supporting in virtue and piety. Āyatullāh Nāsir Makārim Shirāzī points out in Tafsīr-e Namūneh that the use of these two words birr and taqwā is interesting. Birr or virtue is positive good actions, and taqwa refers to staying away from evil actions. Thus the verse urges co-operation of a positive type – in doing good and refraining from evil, and then discourages co-operation of the negative type – in evil actions and aggression. The Messenger of Allah s in one of his testaments to Amīrul Mu’minīn Imam Ali a said The most commendable are three deedsFirst is being just to the people even against yourself. Second is cooperation and material help to Muslim brothers. And the third is remembrance of Allah in all circumstances. Imam Jafar al-Sādiq a explains this Hadith Surely the most difficult of the things which Allah has obliged his servants to do, are three things – First, doing justice between himself and others; it means that he should do to others as he wants done to himself. – Second, he should help his Muslim brethren by assisting them with his wealth. – Third, he should always remember Allah. And when I say, should remember Allah,’ I do not mean that he should always recite subhHānallāh Glory be to Allah and al-Hamdu lillāh Praise belongs to Allah. But I mean that if he intends to do an unlawful deed, he must remember Allah and refrain from that sin. Cooperating with other believers in goodness has been highly emphasized in Islam. When believers work together there is motivation, enthusiasm and a rise in spirit. Along with that there is Divine help and blessing in the deed. Each believer feels encouraged by the response of the other, and in this way a spark of goodness can become a great light. The light then engulfs society, its beams reflecting on various aspects of the members’ lives. What can be achieved through such unity of action cannot be achieved by the individual alone. Sources Āytaullāh Nāsir Makārim Shirāzī ed, Tafsīr-e Namūneh; Fraternity and Cooperation in Islam, WOFIS.
orang-orang kaum atas kamu ber- maka dan kedurha- Tuhan- dari kepada- yangkatir putus asa janganlah kekatiran kaan mu mu ilaika mir rabbika thughyanaw wakutra fala ta k sa 'alal qaumil katirin JjJWj Oj&l Si\j 'jaL CjJ\ Ol (™) Nasrani shabi-Tn yang iman/ mukmin yang guhnya 68 (68) Innal ladzina amanu walladzina hadu wash-shabi-una wannashara
WATA’AWANU ALAL BIRRI WATTAQWADunia ini medan laga, tempat setiap manusia diuji dengan berbagai masalah. Diuji kematian dan kehidupan. Diuji kebaikan dan keburukan, kekurangan dan kelebihan, kelaparan dan kehilangan. Diuji harta, anak dan jabatan. Di uji dengan berbagai wabah penyakit. Perbedaan gender, laki-laki dan perempuan, warna kulit, suku, dan kebangsaan, bahkan perbedaan agama dan keyakinan adalah ujian. Di balik semua ujian itu, Alloh sesungguhnya hendak menyampaikan banyak nasihat, pesan dan pelajaran terbaik kepada kita. Pertama, Alloh adalah Dzat Maha Esa, Maha Pencipta, lagi Maha Kuasa. Kekusaan-Nya tak terhingga. Alloh Maha Adil, Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Mustahil Alloh menyusahkan hamba-Nya. Ujian Alloh justru untuk kebaikan seluruh hamba-Nya di dunia, terlebih di akhirat nanti. Dunia adalah wasilah untuk meraih keselamatan, kemuliaan, dan kebahagiaan akhirat. Akhiratlah rumah masa depan manusia. Kedua, ujian Alloh itu demi menjaga dan mengembalikan aqidah tauhid, sikap utama yang harus dimiliki manusia agar menjadikan kehidupan ini hanya untuk mengabdi atau menghamba kepada-Nya dengan sami’na wa atho’na. Aqidah tauhid-lah yang mampu membentengi manusia dari tipu-daya dan gangguan setan atau menundukkan godaan nafsiyah yang bisa merendahkan, menjerumuskan, dan ujian itu untuk menyadarkan kelemahan, keterbatasan, dan kekurangan manusia. Sungguh manusia tak punya ilmu dan daya. La haula wala quwwata illa billah. Alloh-lah yang menganugerahkan ilmu dan daya kepada manusia. Tidak sepatutnya manusia berlaku sombong dan ujub, apalagi menyalahgunakan ilmu dan kemampuannya. Keempat, ujian itu harus menjadi sumber inspirasi, motivasi, dan sinergi, agar manusia membangun kehidupan berkeadaban. Kesetaraan, kebersamaan, tolong-menolong, dan toleransi harus menjadi karakter manusiawi agar setiap orang siap berbagi kebajikan. Saling memberi manfaat. Wa ta’awanu alal birri wattaqwa, wa la ta’awanu alal itsmi wal udwan. Demikian diingatkan Alloh dalam Alquran Surat Almaidah ayat 2. “Tolong-menolonglah kalian dalam berbuat kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” Itulah makna hidup. Bukankah Rosululloh Muhammad saw pernah mengingatkan, sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya kepada sesama. Tentu manfaat dunia dan akhirat. Maka, siapa lagi yang bisa memberi manfaat dunia-akhirat. Pasti orang mukmin bertaqwa, yang ikhlas dan istiqomah menunaikan kewajiban hablun minalloh dan hablun minannas. Inilah kunci kemuliaan itu. Ketaqwaan adalah investasi terbaik. Mari kita terus berikhtiar mewujudkan dan merawatnya. 1. Wa ta’awanu ‘alal birri wattaqwa, wa la artinya apa? jawaban: Wa ta’awanu ‘alal birri wattaqwa artinya adalah Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa. Yang merupakan perintah kepada orang-orang beriman untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. PEMBAHASAN. Ini merupakan potongan ayat dari surah Al quran PROFIL MASJID / MUSHOLLA Perbarui Informasi Masjid atau Musholla ini EDIT Alamat JL. CEMARA KIPAS SIDOMULYO ID Masjid 70865 Tipe MASJID DI TEMPAT PUBLIK Luas Tanah 300 m2 Status Tanah Wakaf Luas Bangunan 198 m2 Tahun Berdiri 1958 Fasilitas Kegiatan Jumlah Pengurus 12 Jumlah Imam 4 Jumlah Khatib 8 MASJID ATAU MUSHOLLA DI SEKITAR ANDA BELUM ADA DI SINI? TAMBAHKAN tolong menolong dalam kebaikan (ta’awanu alal birri wattaqwa). Dalam . akad ini pihak yang berbuat kebaika n (dalam hal ini pihak bank) tidak . mensyaratkan keuntungan apa-apa.

Wataawanu Alal birri wattaqwa, wala ta'awanu Alal Ismi Wal Udwan,Wattaqullah,innallaha syadidul iqab Jelaskan isi kandungan Surah Almaidah ayat 2 di atas - 27 nurhaya010186 nurhaya010186 29.03.2020

Al Islam. May 9, 2020 ·. ¤ Wa ta'awanu alal birri wattaqwa. Wala ta'awanu alal ismi wal'uduwan. ¤ Help each other in righteousness and pity, But do not help each other in sin and wrong-doing. Qur'an 5:2. 1111. 3 shares. . 108 199 365 498 168 299 22 13

ta awanu alal birri wattaqwa